Thursday, July 14, 2016

Menanti kesempatan kembali ke Cappadocia

Pagi itu saya bangun terlebih dahulu, bahkan sebelum alarm berbunyi, saya segera membangunkan si partner yang masih tertidur lelap. Pagi itu suhu mencapai 6 derajat, rasa dingin luar biasa menggigit ke tubuh, saya memaksakan diri untuk mencuci muka serta menaburkan sedikit make up, agar tidak ketahuan kalo saya belum mandi :D
Saya menggunakan 3 lapis pakaian serta jaket untuk menahan rasa dingin, karena datang saat musim semi menjelang musim panas, saya tidak membawa long john serta sweater tebal, sebab saya tidak menyangka bahwa suhu di Goreme bisa sedingin ini. Dengan hati penuh kegembiraan yang meluap-luap kami menunggu jemputan tour balon udara, tidak lama pintu kamar diketuk, saya membuka pintu dengan wajah penuh senyuman bahagia, namun ternyata ketukan itu bukan ditujukan kepada kami, dia mencari orang lain dikamar sebelah :(


Kami terus dengan sabar menunggu, sebab menurut cerita Anisah dan Tiara kemarin jemputan mereka datang terlambat, namun hari mulai terang, menjelang pukul 5.30  pun naik kelantai atas dan mulai mengetuk pintu kamar Hasan si pemilik hotel, saya ingin menanyakan tour yang seharusnya menjemput kami namun dengan mata yang masi menutup dia hanya berkata mungkin hari ini balon tidak terbang.
APA ?!?!?! GA TERBANG !!!!! sayapun langsung mendumel " Enak aja lo ngomong ga terbang, bukannya bangun dan telepon pihak tour, lo ga tau tujuan utama kami datang tuh naik balon , bla bla bla"
Saya dan si partner langsung kesal luar biasa, karena penasaran kamipun mulai keluar dari hotel, ternyata langit goreme tertutup mendung, dan kami tidak melihat satupun balon udara yang terbang dilangit goreme. PERIH rasanya, sebab mimpi saya untuk melihat matahari terbit dari atas balon udara tidak terwujud T_T
Uang tour balon udara kami memang akan dikembalikan, namun rasa kecewa ini bukan masalah uang namun kesempatan, impian serta harapan kami yang pupus.
Rasa sedih, kesal, emosi campur aduk didalam hati dan pikiran kami, kamipun kembali kekamar dan masuk kembali kedalam selimut dan kemudian tidur.


Pukul 8.30 kami terbangun, kemudian naik keatas untuk sarapan pagi, saya sarapan mie instan Turki yang saya beli di minimarket tadi malam, sedangkan si partner sarapan indomie masi ditambah dengan sarapan dari hostel, hostel in memberikan sarapan yang sama setiap harinya. Hasan menghampiri saya ketika sarapan, dia mengatakan hari ini tidak ada balon udara sama sekali, saya meminta tolong untuk diusahakan balon udara untuk melihat matahari terbenam, namun tidak ada juga. Pupuslah sudah harapan saya untuk naik balon udara di Cappadocia:(


Hasan menawarkan untuk naik balon udara keesokan harinya dengan menunda penerbangan kami kembali ke Istanbul (kami sudah booking penerbangan kembali ke Istanbul untuk besok hari pukul 7.30), ide itu terdengar sangat bagus, sayapun mulai mencari tiket pengganti ,namun ternyata karena akhir pekan tiket lain menuju Istanbul sudah sangat mahal, harga terendah sudah mencapai 100USD (tiket kami dari Cappadocia menuju Istanbul hanya 17USD saat kami booking beberapa bulan sebelumnya), dan tidak ada jaminan besok cuaca bagus, sebab bila cuaca masi mendung seperti hari ini balon udara tetap tidak dapat terbang.
Dengan sedih hati kami memutuskan untuk tetap kembali ke Istanbul besok pagi, mungkin belum rejeki kami saat ini untuk naik balon udara, mungkin nanti kami diberi kesempatan untuk kembali lagi kesini :)


Jadwal kami hari ini mengikuti Green Tour, yang sudah saya pesan melalui Hasan dengan harga 100TL. Namun jemputan terlambat menjemput, ternyata dia lupa, padahal saat kami sarapan dia sudah datang dan menjemput traveler dari New Zealand, Pemberhentian pertama kami adalah Goreme Panoramic, dari sini kami dapat melihat pemandangan lembah goreme dari sisi lain yang ternyata jauh lebih cantik, dan yang menjadi spot foto favorit para pengunjungnya adalah pohon yang digantungi devil eyes dan hiasan balon udara.


Dari Goreme Panoramic, perjalanan dilanjutkan menuju Ihlara Valley, kami berjalan hampir sejauh 2 KM menyusuri lembah Ihlara yang ternyata sangat indah namun sunyi, pohon2 yang rimbun berwarna hijau dibingkai langit biru cerah benar2 menyejukkan mata pengunjungnya, cuaca dingin tidak terlalu terasa karena kami terus berjalan dan mendaki. Si partner yang penggemar bunga serta pohon sibuk memfoto semua pohon yang kami lewati. Di Ihlara Valley terdapat banyak gereja, saya melihat beberapa panah petunjuk arah menuju gereja, namun kami tidak mampir. 


Disini kami berkenalan dengan 2 orang peserta tour ini Akbar dari Pakistan, serta Parth dari India namun berdomisili di New York. Kami pun saling bertukar cerita mengenai perjalanan kami di Turki, serta berbagi pengalaman dan informasi, karena melihat hasil foto saya yang menurut mereka bagus, mereka pun meminta untuk difoto yang dilanjutkan dengan memberikan email dengan pesan foto minta tolong diemail.


Diujung Ihlara kami berhenti untuk makan siang disebuah restoran, makan siang termasuk dalam harga yang kami bayarkan ke tour, namun untuk minuman kami harus membayar sendiri, sebenarnya saat turun dari mobil, supir tour sudah memberikan kami sebotol air minum. Makan siang kami terdiri dari roti, salad dan sup, untuk menu utamanya kami boleh memilih antara ayam, sapi ataupun ikan yang dipanggang dan disajikan dengan nasi Turki.


Selesai makan siang, perjalanan dilanjutkan menuju Selime Monastery yang terletak di Aksaray. Selime Monastery dulunya dipakai sebagai tempat tinggal para biarawan, terdapat berbagai ruangan disini, mulai dari dapur, ruang gereja serta ruang tidur, dll. Untuk naik menuju ruangan tersebut kami harus menanjak naik dipermukaan batu yang tidak rata.
Pemandangan dari atas Selime Monastery sangatlah indah, kami dapat melihat pemandangan kota Aksaray dengan lebih jelas, serta gundukan batu Selime Monastery yang unik seperti goa2 kecil yang saling berkumpul. Diseberang Selime Monastery terdapat makam Selime.


Setelah itu perjalanan dilanjutkan menuju Derinkuyu Underground City, yaitu kota dibawah tanah. Sebelum turun kebawah, disamping pintu masuk ada papan peringatan bagi yang memiliki sakit jantung, asma, serta phobia gelap dan ruangan sempit disarankan untuk tidak turun kebawah. Akses jalan menuju kota bawah tanah ini sangat kecil dan sempit, beberapa kali saya harus menundukkan kepala untuk dapat melewatinya, hawanya pengap dengan cahaya yang minim. 
Saat ini sudah banyak lampu2 kecil yang  dipasang untuk menerangi jalan yang dilewati pengunjung, saya tidak bisa membayangkan bagaimana jaman dahulu kala ribuan orang tinggal didalam kota bawah tanah ini tanpa penerangan sama sekali.


Kota bawah tanah ini memiliki banyak sekali ruangan untuk menampung orang, ada ruang berkumpul, dapur, ruang yang dipakai sebagai gereja, bahkan juga kuburan, ya mereka memiliki kuburan disini, mayat dikumpulkan menjadi satu disalah satu pojokan ruangan.


Selasai kunjungan ke Derinkuyu kami diajak menuju toko perhiasan yang menjual turqoise turki, berbagai jenis aksesoris yang terbuat dari batu batuan tersedia disini, salah satu alasan saya tidak suka ikut tour adalah kami selalu dibawa ke toko2 seperti ini, karena tidak tertarik dan tidak berniat untuk membeli,maka sayapun memilih untuk kembali ke mobil. Saya menitipkan modem wi-fi saya kepada bapak supir untuk di charge di mobil.


Setelah semua peserta tour naik kedalam mobil, kamipun melanjutan perjalanan menuju Pigeon Valley, disebut Pigeon Valley karena disini banyak sekali pigeon yang berkumpul, kita harus melemparkan makanan bila ingin melihat para burung itu terbang, mereka biasanya terbang berombongan.
Dengan berakhirnya kunjungan kami di Pigeon Valley,maka berakhir sudah Green Tour kami hari ini. Supir pun mulai mengantarkan kami satu persatu untuk kembali ke hotel masing2. Setelah sampai di kamar saya baru menyadari modem wi-fi saya masih tertinggal dimobil, dengan panik saya pun kembali merepotkan Hasan untuk menghubungi pihak tour. Setelah 3x telepon dan menunggu hampir 2 jam, akhirnya saya mendapatkan kembali modem wi-fi saya. Terima kasih Hasan yang dengan sabar selalu menolong, dari subuh hingga malam hari sudah saya repotkan namun masi bisa tersenyum dan mengucapkan tidak apa2.


Rasa panik ketinggalan modem wi-fi sekarang digantikan dengan rasa lapar, maka saya dan si partner pun mulai melawan dingin dan berjalan keluar untuk mencari makan. Kami memutuskan untuk makan malam di Silk Road Restoran yang memiliki ruang tertutup dengan penghangat didalam. Kali ini si partner yang tertarik mencoba testi kebab (kebab dalam kendi tanah liat) sedangkan saya memilih untuk mencoba mixed grill yaitu campuran daging ayam,sapi serta sosis yang dibakar dan disajikan dengan nasi serta salad. Meskipun sudah ada nasi, kami tetap diberikan roti, bagi orang Turki makanan pokok mereka adalah roti bukan nasi, jadi makan tidak lengkap rasanya bila tanpa roti.


Berbeda dengan nasi yang saya makan sehari sebelumnya, ternyata nasi disini enak dan pulen, nasi terenak yang pernah saya makan!! salad yang diberikan juga enak dan segar. Si partner juga mengatakan enak, walaupun sebenarnya dia jauh lebih fokus dengan si mas Turki berjaket merah yang melayani kami, sambil makan matanya sesekali melirik manja ke si mas berjaket merah :D


Selesai makan kami tidak langsung beranjak pulang, kami masi duduk2 selama hampir 1 jam karena si partner masi betah, karena ini malam terakhir kami disini dan tidak ada aktifitas lain yang dapat kami lakukan lagi, sayapun menemani si partner untuk khilaf disini. Untungnya restoran sepi, sehingga kami tidak segera diusir :D


Pukul 9 malam kamipun pulang ke hostel, sudah ada 2 orang traveler asal Paris yang mengisi 2 ranjang kosong yang ditinggalkan teman2 kami. Kami segera membereskan semua barang kami, lalu tidur beristirahat, mengistirahatkan badan kami yang lelah serta jiwa kami yang kecewa.
Mimpi kami itu tetaplah menjadi mimpi yang menanti kesempatan lain untuk diwujudkan. 
Tapi jujur saja, jauh didalam hati saya berharap besokpun cuaca tidak memungkinkan untuk balon udara terbang, jadi saya tidak menyesal kembali ke Istanbul :D 





No comments:

Post a Comment